Film Silat Tani, Hadirkan Potret Ancaman Krisis Sektor Pertanian

By Analisis Media 07 Sep 2022, 13:51:56 WIB   Hiburan   indonesiakini.go.id   Klik Link Berita

Film Silat Tani karya dokumenter perdana dari tim Ekspedisi Indonesia Baru, Dandhy Dwi Laksono, Farid Gaban, Yusuf Priambodo, dan Benaya Ryamizard Harobu, sukses menggugah emosi penontonnya, saat diputar sebelum acara diskusi karya film dokumenter dengan judul Film Silat Tani, Senin, (05/09/2022) di Ruang Multimedia Dinas Arpusda Kabupaten Wonosobo.

Film yang berdurasi 70 menit tersebut menceritakan tentang ancaman krisis pertanian di Indonesia pada 40 tahun ke depan. Dengan indikasi makin terpuruknya sektor pertanian akibat tekanan internal maupun eksternal, yaitu, lahan yang menyusut, pendapatan dari pertanian mengecil, serta kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada petani secara adil.

“Film Silat Tani menjadi bahan diskusi yang menarik untuk dikaji lebih mendalam dalam berbagai perspektif profesi sebagai bentuk dukungan mematahkan isu ditumpangi kepentingan lain di belakangnya,” ungkap Fahmi Hidayat saat membuka diskusi sebagai Keynote Speaker.

Baca Lainnya :

Fahmi, yang juga selaku Kepala Diskominfo Wonosobo,  mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh Farid Gaban, yang menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk karya film dokumenter, dalam upaya mematahkan mata rantai permasalahan di sektor pertanian dengan mempertemukan antara produsen dan konsumen sebagai langkah pendekatan yang bijak. 

“Ini menjadi ajang yang bagus untuk teman-teman konten kreator berbicara di mata media, dengan membuat konten yang memiliki sensitivitas tinggi serta pantas  dijadikan konten positif,” kata Fahmi.

Kadis Kominfo mendorong anak muda Wonosobo untuk mampu melirik isu sosial yang berdampak bagi masyarakat, dalam mempengaruhi ide kebijakan publik agar kebijakan perangkat daerah lebih tepat dan kreatif.

Sependapat dengan Fahmi, Gusdurian Haqqi El Anshory mengatakan, secara keseluruhan film tersebut sangat menarik dan menjadi pembelajaran bagaimana mengeksplorasi spot di Wonosobo. 

“Film ini mengajari bagaimana pengambilan spot yg bagus, setting latarnya juga pas serta mampu meramu sajian dengan menarik,” tambahnya.

Haqqi berharap, melalui film ini mampu meninggalkan pesan positif bagi generasi masa kini, dalam menyelesaikan segala permasalahan yang berkembang di masyarakat.

Sementara itu, Ketua Kelompok Jurnalis Wonosobo (JKW) Muharno Zarka menilai, karya ini sangat luar biasa. Hanya saja, isi kontennya masih belum memiliki perspektif yang kuat, dalam menguak soal pertanian dan perikanan  masyarakat agraris.

Sementara itu, Kepala Bidang Informasi Komunikasi Publik Diskominfo Aldhiana Kusumawati menegaskan, Indonesia patut bersyukur mempunyai dua orang hebat yang mampu mengulik dengan perspektif yang berbeda dan mendalam dari hal-hal yang sederhana. 

“Film ini memiliki semangat untuk menggali isu dari hal yang sederhana dari perpektif yang berbeda, dengan menunjukkan potensi yang ada sebagai solusi,” ujarnya.

Ia juga menilai, kekuatan Film Silat Tani terdapat pada bagian penokohan dan keterkaitan dengan kunci utama di visual story telling.

“Story telling mampu membawa hal yang sederhana menjadi sesuatu yang luar biasa,” ujarnya.

Sebagaimana isi pesan dalam film tersebut, Farid berupaya menawarkan sistem koperasi pertanian yang berdaulat dengan menekankan prinsip gotong royong, serta mengoptimalkan proses produksi dan pemasarannya.