Sudah berumur Lebih 1,5 Abad, Perkebunan Teh Tambi Semakin Eksis
Perusahaan teh satu-satunya di Wonosobo yakni PT. Perkebunan Tambi memiliki cerita sejarah yang panjang sejak jaman Hindia Belanda. Tambi merupakan perusahaan peninggalan jaman Belanda yang dibuat sejak tahun 1865, dimana saat itu pemerintah Hindia Belanda merupakan pengelolanya.
Asisten Direksi PT. Perlebunan Tambi Agus B. Haryono menceritakan, bahwa perusahaan teh yang berada di 3 lokasi unit perkebunan, yakni kebun Bedakah Deaa Tlogomulyo Kecamatan Kertek, Deaa Tambi Kecamatan Kejajar dan Desa Sedayu Kecamatan Sapuran tersebut dalam perjalanan pengelolaannya dialihkan ke perusahaan swasta Belanda yakni Perusahaan Bagelen Thee and Kina Maatscchaappij. Perusahaan tersebut dikelola oleh NV. John Peet yang berkantor pusat di Batavia (Jakarta). Saat dikelola perusahaan Belanda tersebut, kebun teh teh berjalan bagus, hingga bisa ekspor ke wilayah eropa.
Pada tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia, pemerintah Jepang mengambil alih kebun teh tambi. Namun Pemerintah Jepang kurang perhatian dalam pemeliharaannya, dimana kebun jadi terlantar dan dimanfaatkan untuk menanam palawija, sehingga keberadaan kebun teh sendiri terbengkalai.
Revolusi Kemerdekaan Indonesia membuat pengelolaan perkebunan jatuh ke tangan pribumi, namun sayang hal tersebut tidak berlangsung lama, karena Konferensi Meja Bundar tahun 1950 membuat pengelolaan dikembalikan te tangan Belanda.
Beberapa tahun berselang,
kekuasaan Belanda kembali jatuh. Tahun 1954 perusahan teh tambi diambil alih oleh NV.Eks PPN Sindoro Sumbing, sebuah perusahaan yang didirikan oleh Eks Pegawai Perkebunan Negara. Dalam Perkembangannya pada tahun 1957, perusahaan tersebut bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Wonosobo yang kemudian memunculkan nama NV. Tambi yang kemudian berubah menjadi PT. Perkebunan Tambi hingga kini.