Wonosobo Miliki Potensi \"Mbako Garangan\" dengan Omzet Per Musim Capai 15 Milyar

By Analisis Media 01 Jun 2022, 06:44:49 WIB   Ekonomi   pesonafmwonosobo   Klik Link Berita

Keterangan Gambar : -


Mbako garangan atau tembakau yang diolah dengan cara tradisional "digarang", yang diolah dengan cara dijemur kemudian dipanggang. Mbako garangan merupakan olahan tembakau yang khas yang cukup lazim di Wonosobo. Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Kalikajar merupakan dua kecamatan yang warganya masih memproduksi mbako garangan.

Di Kecamatan Kalikajar terdapat 2 desa yang masih menjadi produsen mbako garangan, yakni Desa Lamuk dan Desa Bowongso. Di Desa Lamuk hanya ada dua dusun yang warganya menjadi petani mbako garangan, yakni Semanding dan Lamuk. Sedangkan di Desa Bowongso hanya dusun Bowongso dan Bakalan.

Kepala Desa Lamuk, Zainurrosidi menjelaskan, bahwa proses pembuatan mbako garangan memakan waktu hampir 1 bulan. Mbako garangan yang dijual oleh warga Lamuk untuk langsung dikonsumsi, bukan untuk dijadikan sebagai bahan rokok pabrikan. Harga jual mbako garangan sekitar Rp 1 juta per rigen untuk kualitas rendah dan sekitar Rp 6 juta untuk kualitas super. Mbako garangan lebih mahal dari tembakau kering untuk rokok lintingan, bahkan lebih mahal dari rokok kemasan.

Zainur menambahkan, meski penjualan mbako garangan sudah ke luar Wonosobo seperti Banjarnegara dan Purbalingga, tetapi pintu penjualan justru dipegang oleh pengepul dari Purbalingga. Hal tersebut membuat asal mbako garangan sesungguhnya tidak cukup diketahui oleh masyarakat luas, dan warga Lamuk hanya sebagai pekerja bukan raja atas produksinya sendiri.

Camat Kalikajar, Bagyo, mengatakan bahwa omset petani untuk mbako garangan di Kalikajar per musimnya bisa mencapai Rp 15 M. Bagyo berharap ada program pinjaman untuk petani mbako garangan dalam mencukupi kebutuhan operasional dan modal petani dengan jaminan hewan ternak sehingga petani mbako garangan dari Kalikajar bisa terus bersaing dengan daerah lain.