Ziarah, Santri Jalan Kaki 8 Kilometer
Ribuan santri Al Asy’ariyah melakukan aksi napak tilas dengan berjalan sejauh 8 kilometer menuju makam KH Muntaha Alh. Hal ini telah menjadi tradisi tahunan dalam menyambut Haflah Khotmil Quran Al-Asy’ariyyah Kalibeber. “Tahun ini jatuh 45 kalinya akan kita selenggarakan acara khotmil Qur’an dan sekaligus khaul Mbah Mun ke-18,” terang Lurah PPTQ Al-Asy’ariyyah Kalibeber Fariz Ahmad saat dikonfirmasi Minggu, (24/7). Sekitar 3000 santri PPTQ Al-Asy’ariyyah melakukan ziarah Masyayikh Al-Asy’ariyyah ke makam tokoh maestro Al-Qur’an Wonosobo KH Muntaha Al Hafidz di Deroduwur dengan berjalan kaki dari arah kelurahan Kalibeber menuju Desa Ndero Duwur. Panjang rombongan mencapai lebih dari 8 kilometer. “Ini untuk mengingatkan kita sebagai santri bahwa proses mencari ilmu itu tidaklah mudah. Oleh karena itu agenda napak tilas tersebut untuk mengambil ibrah nilai perjuangan Mbah Mun terutama dalam segi pendidikan dan kemasyarakatan yang dinilai luar biasa,” terangnya. Baca juga: Meninggal di Kos, Tetangga Tidak Tahu Lebih lanjut Fariz mengatakan, santri dituntut harus memiliki nilai perjuangan leluhur terdahulunya sebagai generasi muda yang beriman dan bertakwa. Dipilihnya makam Mbah Mun mengingat beliau sebagai tokoh sentral di Pondok Pesantren Al-Asy’ariyyah Kalibeber juga tokoh berpengaruh di Wonosobo maupun nasional. “Kiprah beliau terhadap perkembangan dunia pendidikan di Al-Asy’ariyyah memang tak dapat dipisahkan, karena pada masa pengasuhannya ponpes berkembang pesat yang dapat dilihat dari jumlah santri yang semakin banyak berguru di sini,” tambahnya. Antusias para santri sangat terasa begitu kental. Di samping itu, masyarakat sekitar juga antusias dengan menyediakan aneka makanan dan jajanan secara cuma-cuma. Rombongan dibagi dalam 30 kloter yang terdiri dari 12 putera dan 18 puteri. Mereka berdoa di makam secara bergantian. Baca juga: Pramuka SDN 2 Wonosobo Masuk 6 Besar Gudep Mantap Napak Tilas di Makam Mbah Mun diharapkan para santri terus dapat meneladani nilai perjuangannya seperti turut merasakan perjuangan menuntut ilmu dengan berjalan kaki dan belum adanya kendaraan yang dulu dilakukan oleh Mbah Mun.